Hewan itu…, bernama kerbau…. Tak jauh berbeda dengan kerbau lainnya…, makan rumput, main lumpur…, dan seterusnya… Tapi mengapa…, kerbau yang satu ini harus dibedakan…? Berbondong-bondong orang mendatanginya, mengaraknya, sampai berdesak-desakan hanya untuk bersentuhan dengannya… dan tak hanya itu, bahkan sampai kotoran dari hewan yang tak punya malu karena tak pernah pakai baju dan celana itu pun diburu habis-habisan…, ditunggu-tunggu sampai keluarnya…, setelah keluar, mereka saling berebut untuk mengambilnya dan langsung dibalurkan ke sebagian anggota tubuh mereka sendiri…, atau membungkusnya untuk dibalurkan di tempat lain yang dikehendaki. La haula wa la quwwata illa billah.
Itulah sepotong potret dari acara yang disebut kirab pusaka di Surakarta, satu kota yang terdapat di negara yang katanya berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Dalam ritual yang diadakan setiap tanggal 1 suro tersebut, sebagian besar masyarakat di sana sebagaimana yang telah kita gambarkan di atas sangat berhajat untuk mencari berkah melalui kerbau berkulit bule yang terkenal dengan sebutan Kyai Slamet itu.

Tak jelas darimana wahyunya yang melantik hewan tersebut sebagai sumber keberkahan, yang pasti fenomena ini menjadi potret yang mengerikan sekaligus memperlihatkan kebenaran firman Alloh tentang banyaknya manusia yang lebih sesat atau lebih rendah daripada binatang. Karena binatang yang sejatinya telah ditundukkan bagi manusia sehingga bisa dipergunakan sesuai kelayakannya, yaitu dijadikan kendaraan atau santapan, justru ditinggikan, dipuji-puja hingga disujud sembah. Wal’iyadzubillah.

Sebenarnya, praktek penyembahan binatang bukanlah produk baru yang ada di negeri ini saja. Di seberang asia selatan dan tengah sana, umat Hindu menjadikan sapi sebagai Ilah mereka. Tak terlepas juga di negara-negara eropa yang mengaku berperadaban, namun ditemukan juga fakta penyembahan terhadap hewan-hewan yang beragam jenisnya. Di zaman kuno Mesir juga terkenal dengan pemujaannya terhadap sapi, kucing dan burung. Ada juga kelompok lain yang menyembah ular, banteng, dan hewan lainnya yang bisa kita dapati di berbagai belahan bumi ini.

Merebaknya fenomena kesyirikan ini tentu tidak terlepas dari peran setan yang mendalanginya. Di dalam al-Qur’an, tepatnya di surat Thaha ayat 85-98 dan juga di surat al-A’raf ayat 148-154, Alloh menceritakan bagaimana setan dengan begitu mudahnya mencabut nilai kemanusiaan para pengikut Nabi Musa , yaitu kaum bani Israel menjadi para penyembah berhala sapi yang hakikatnya tidak mampu memberikan sedikitpun manfaat maupun mudhrat. Mereka patuh dan tunduk begitu Samiri yang telah mendapatkan wahyu dari setan memerintahkan mereka mengumpulkan perhiasan untuk dilebur dan dijadikan sebagai “Alloh” yang nyata, sehingga bani Israel dapat menyembah “Alloh” secara langsung.

Jadi, menjadikan hewan-hewan sebagai sembahan-sembahan selain Alloh merupakan bagian dari tipu daya setan. Kita, sebagai umat Islam telah diajarkan untuk melakukan syari’at qurban. Hal itu salah satu hikmahnya adalah untuk menunjukkan bahwa hewan apapun, terutama hewan-hewan yang seringkali dijadikan sesembahan, seperti sapi dan kerbau adalah makhluk yang telah ditundukkan bagi manusia, dan sejatinya tidak memiliki keutamaan apapun untuk bisa diangkat sedimikian rupa derajatnya sehingga menjadi sembahan selain Alloh . Ini adalah satu hikmah besar yang Alloh pertunjukkan kepada kita sebagai orang-orang yang berakal. Maka, renungkanlah dan pahamilah wahai saudaraku, jika kalian adalah orang-orang yang berakal..!!


share on facebook

Baca Juga



0 komentar:

Posting Komentar

About

Say Something About This.... Katakanlah yang benar untuk
sebuah kebenaran.